28 November 2009

Deteriorasi


Deteriorasi
(bener ga sih gw nulisnya? ;P)

kata itu sering banget gw denger minggu ini, ngalahin frekuensi gw minum kapsul sesak gw (maklum, orang asma pada musim hujan). sebenernya udah keluar dari mulut2 orang-orang semenjak gw mulai kepaniteraan tk. IV. apalagi didukung dengan perubahan kurikulum aneh bin ajaib ini. untuk beberapa orang yang mau ga mau beradaptasi dengan kurikulum tersebut, kata2 ini punya tendensi untuk keluar, tersirat atau tersurat.

ceritanya gini, baru aja gw menyelesaikan stase di salah satu RSUP di kawasan jakarta yang notabene RS pelayanan ++ (plus pendidikan karena ada koas2 dari beberapa universitas). karena hanya kedapatan satu minggu, DAN DILARANG follow-up pasien, jadilah kita cuma observer. entah apa yang dilakukan sejawat2 gw yang terdahulu but we really have a bad reputation there. semua main nama almamamter, yang gw bingung tentunya karena pada akhirnya kita kan bakal mengucapkan satu janji yang menganggap semua sejawat itu saudara, kenapa mesti dibedakan? (Naif? mungkin. ;P)

suatu saat di pagi hari yang cerah saat jam kerja poli pertanyaan 2 diajukan konsulen untuk para adik2 koas manis yang obsrvasi. beberpaa pertanyaan terjawab, walaupun yang seharusnya ga dijawab kami pun terjawab. pada akhirnya ada pertanyaan tentang imunisasi yang bikin gw dan teman gw bengong. kami lupa jawabannya. beberapa koas lain mengajukan jawaban, dan salah. konsulen itu berdiri, stand up straight to my face and said "lo malu-maluin gw, siapa sih nama lo? lama2 gw laporin juga nih" yang ga bisa jawab kayanya bukan cuma gw, tapi ancaman itu cuma ditujukan kw gw. satu pertanyaan ga tau dari segelintir pertanyaan tak terjawan oleh ortang lain tadi.

oke. lesson learnt number one: Know everything. i mean, everything. because you embarass them.

scene berpindah ke bilik poli lain dimana dengan malangnya 2 teman gw sedang "berdiskusi" yah, mereka ga bisa jawab.. dan kata2 "deteriorasi", penurunan kualitas sama kalimat yang dimulai dengn "dulu ya, waktu koas gw.... tapi kok sekarang..."

oke lesson learnt number two: look lesson number one, read it 10 times.

kami (atau saya deh, jangan bawa2 orang lain) mencari perlindungan dibalik senior2 yang sedang bertugas di RS yang sama. tapi apa mau dikata? mereka berpendapat sama, mereka cenderung memusuhi kami. seperti yang terjadi sore tadi, 6 jam masa muda gw gw habiskan di ruang bayi bersama perawat2 mengobservasi satu bayi dengan periodic apnu. saat visite, gw jadi hantu, sama sekali ga digubris, malah bertanya pada satu partner yang baru aja 15 dateng ke ruang perina itu. sakit hati rasanya. untung perawat2 disitu objektif, mereka menghargai gw karena gw stand by disana terus-menerus.

oke. lesson learnt number three: work for yourself, ignore others.

Mengutip kata2 seorang yang bertugas disana bahwa banyak keluhan tentang skill kami yang sangat minim:

"...yah, dibagusin aja PF-nya, anak FK **** tuh, jago2... kalau kalian. keliatan banget kurangnya... pada banyak yg mengeluh, kenapa sekarang jadi penurunan kualitas..."
*sigh* yahh saya juga ga tau dok.

"...mereka tuh, cepet ngitung tetesan. cepet ngitung koreksi elektrolit, klinis praktisnya itu lho kalian nol banget"
kalo masalah tetesan sih, dok. kita juga bisa ngitung. you just don't have time to know that.

"Banyak yang mengeluh, alumni kita... koas sekarang deteriorasi..."
Maaf deh, dok. kalo ga sesuai dengan harapan.

Sedih rasanya euy, ga dipercaya kaya gitu.
bahkan oleh seseorang yang seharusnya jadi tempat lo "berlindung". yah mungkin kita memang deteriorasi, tapi kita berusaha kok untuk jadi lebih baik, gw yakin itu, karena gw liat sendiri temen2 gw belajar mati-matian selama stase disini.

ini karena gw yang sensi atau emang gw yang sensi (hehehe). tapi sebagai orang yang low self-esteem dan pesimis, kata2 gitu bener-bener nusuk dan bikin sedih. dan semakin membuat gw berpikir, "bakalan beneran jadi dokter ga sih gw nantinya...?". "apa 5 tahun jungkir balik begini ga ada artinyaya, ntar?"

karena itu, hubungan kelompok gw dengan "beliau" jadi kurang bagus, padahal hari ini hari pertama dan terakhir kita mendampingin beliau untuk visite. mengecewakan sekali.

lesson learnt number four: YOU SUCK, and THEY ROCK. even they didn't do chin-lift while air-bagging a child (gimana udaranya mu masuk, neng?)

(lagi-lagi) mengutip sebuah ketikan blog seorang senior yang merangkap PPDS yang sangat baik. Ternyata dia juga mengalami hal yang sama kayak gw, dengan embel2 "dulu gw bisa appendektomi, SC sendiri, bla...bla..bla...". kayanya jamannya berubah deh. sekarang apa jadinya appendektomi dan SC oleh koas, mandiri? sekarang kan peng-kotak-kotakan spesialisasinya sudah sangat jelas... batasannya juga jelas... then, how?. (Si Bapak aje ga boleh nyirkum karena itu kompetensi dr. bedah, bukan dr. anak *LOL*).

(again) mengutip perkataan senior super pintar yang merangkap PPDS IPD pada salah satu pertemuan di Lift "Udahlah dek, toh, apapun kurikulumnya kamu kan nantinya dokter juga..." well, iya sih bang. tapi what kind of doctor?

Lesson learnt number five: You're not alone. but they left you behind.

*sigh* susah ya.



Random: Balik ke RSCM = Ketemu Si X!!
X = Bayi lucu 4 bulan yg ditinggal ibunya dan dirawat di perina. what a cute baby :D. kangeeennn